Jauh di Mata Dekat di Hati
Dalam kehangatan di balik selimut dan penjagaan sang rembulan, sayup – sayup terdengar suara nyaring menggetar telah membangunkanku dari indahnya petualangan malam.Segera aku terbangun dan melangkahkan kaki untuk berwudhu.Kulangkahkan kaki setapak demi setapak menuju masjid untuk menunaikan sholat subuh.Angin telah membelaiku hingga kesejukkannya terasa sampai ke dalam rusuk.Bintang-bintang tersenyum dengan warnanya yang cerah.Sang rembulan yang setia dengan bumi masih menampakkan dirinya mengamati gerak – gerik manusia.
Keheningan suasana subuh membuat ketenengan di dalam hati.Suasana di masjid juga tidak seramai pada saat sholat maghrib.Tidak banyak jamaah yang menunaikan sholat subuh.Mereka lebih memilih untuk menjulurkan selimutnya sampai sang fajar membangunkannya.
Keheningan suasana subuh membuat ketenengan di dalam hati.Suasana di masjid juga tidak seramai pada saat sholat maghrib.Tidak banyak jamaah yang menunaikan sholat subuh.Mereka lebih memilih untuk menjulurkan selimutnya sampai sang fajar membangunkannya.
Mentari telah menampakkan diri.Tersenyum dan seolah-olah menyapa setiap orang yang sedang beraktivitas.waktu telah menunjukkan pukul enam pagi, segera kukayuh sepeda menuju ke sekolah yang berjarak kurang lebih delapan kilometer dari rumahku.hari ini adalah hari pertama penentu keberhasilanku setelah tiga tahun menuntut ilmu di bangku SMP.Ujian Nasional telah tiba.Dalam perjalanan, aku terus berdoa di dalam hati untuk menghilangkan kegelisahanku.Sampai di sekolah, kelima sahabat-sahabat dekatku telah menungguku.Flo, Yui, Nana, Nia, dan Ela.Merekalah sahabat-sahabat terbaikku selama di SMP.Kuucapkan salam dan kuulurkan tangan pada mereka, “Assalamualaikum”. “waalaikumsalam”, ra, jawab mereka serentak.Mereka sering memanggilku Rara. “Gimana Ra perasaanmu hari ini?”, Tanya Nana dengan senyumannya yang khas. “Yaa sedikit berdebar-debar nih ini hari pertama ujian”. Sembari aku duduk. “Aduh…kalian ini tenang aja deh kita pasti bias kok”, sahut Yui yang dari tadi sibuk membolak – balik buku. “yee…kamu ini Yu selalu aja nganggap enteng semuanya”, balas Nia dan Ela. “Sudah-sudah sobat, kok malah berdebat mending kita terusin belajarnya”, Flo mencoba menengahi.Itulah suasana kami jika sedang berkumpul.Selalu ramai dengan sifat yang berbeda-beda.Nana dengan sifat kedewasaannya mampu menjadi kakak bagi kita berlima.yuli dengan sifatnya yang lucu dan selalu menganggap semuanya enteng dapat mencairkan suasana menjadi ramai.Flo dengan sifatnya yang rajin sehingga dia paling pintar diantara kami mampu mengajak kami untuk selalu belajar.Nia dan Ela yang penurut.
Bel tanda masuk berbunyi, kami kembali menempati tempat duduk masing-masing.Aku mengerjakan soal dengan teliti dan cermat.Tampak kelima sahabatku sibuk dan serius mengerjakan soal-soal.Waktu telah selesai, kami keluar kelas dan langsung pulang.Hari-hari ujian telah aku lewati.sekarang hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan.
Hari yang ditunggu pun telah tiba.Raut muka semua siswa tegang dan penuh tanda tanya.Tidak terkecuali aku, Yui, Nana, Flo, Ela, dan Nia.Dari saat kami dating ke sekolah tidak ada satupun yang berbicara, semua hanya diam seribu bahasa.Hanya Yui yang sibuk mendengarkan musik dari handphonenya.Pukul sepuluh pagi Ibu kepala sekolah datang untuk mengumumkan hasil kelulusan.Alhamdulillah semua siswa lulus.Kami berenam lulus dengan nilai yang memuaskan.Serentak kami bersujud dan mengucap syukur kepada Allah SWT.Meneteslah air mataku sambil berpelukan dengan sahabat-sahabatku.Disamping bahagia, kami juga bersedih karena sebentar lagi akan berpisah.
Seketika juga tiba-tiba Ela jatuh pingsan.Dia segera dilarikan ke rumah sakit terdekat.Dengan hati yang sedih dan bertanya-tanya, Aku, Flo, Nana, Yui, dan Nia menyusul ke rumah sakit.Di depan pintu telah ada tante rina ibunya Ela. “tante, sebenarnya Ela sakit apa?”, tanyaku dengan napas yang cepat. “Sebenarnya tante tidak boleh menceritakan semua kepada kalian, tapi tante akan ceritakan sebenarnya Ela sakit leukemia”, tante Rina menjawab sambil menangis.Seluruh badanku terasa lemas tak berdaya, kujatuhkan badanku ke dinding.Mulutku diam tak mampu berkata.airmata menetes di semua pipi kami.Keadaan sunyi itu tersadarkan oleh dokter yang keluar dari kamar Ela.Dokter mengatakan bahwa keadaan Ela telah lemah sekali, sulit untuk dapat bangun, dan dia harus dirawat di rumah sakit.Kami segera masuk menemui Ela yang sedang berbaring lemah di atas tempat tidur.Kami menggenggam tangannya.Dan dia hanya tersenyum seolah-olah ingin mengatakan “tenanglah sobat, aku baik-baik saja”.
Sudah tujuh hari Elsa dirawat di rumah sakit.Setiap hari kami ke rumah sakit menjenguknya.Tapi hari ini aku tidak dapat menjenguk Ela karena aku harus mengikuti tes masuk SMA yang aku inginkan dari dulu.Hatiku terasa berat meninggalkan Ela dan teman-teman.Tapi harus bagaimana lagi ini adalah kesempatan satu kali dalam hidupku.Handphoneku berbunyi, ternyata telfon dari Flo.Tumben pagi-pagi Flo sudah menelponku. “Ra, cepatlah ke rumah sakit keadaan Ela memburuk!”. “Tapi Flo, aku hari ini ada tes masuk SMA dan hanya hari ini”. “Jadi ini Ra yang kamu anggap sahabat, sahabatnya sedang kesakitan kamu biarkan saja?”. “Maaf Flo,….., belum sempat aku menjelaskan Flo telah menutup teleponnya. “Ya Allah harus bagaimana aku, sahabatku sedang berbaring di rumah sakit tapi aku juga harus mengikuti tes.Dan akhirnya aku memilih tetap mengikuti tes.dengan hati nyang berat aku pergi.Sore hari aku baru selesai mengikuti tes.Tanpa berpikir panjang aku lalu pergi ke rumah sakit.
Baru akan kulangkahkan kaki menuju kamar Ela, ternyata Nana, Flo, Yui dan Nia keluar.Mereka sma sekali tidak menyapaku, hanya Naafi yang tersenyum padaku. “Bagaimana keadaan Ela?”, tanyaku lirih. “ Kamu masih bias nanya Ra?”, jawab Fella ketus. “iya nih dari amna saja kamu sekarang baru ingat Ela?”, celetuk Yui. “maafkan aku tapi aku tadi pagi harus mengikuti tes”, jawabku sambil tertunduk meneteskan air mata.
Nana mencoba menengahi kami semua.Dengan sabar dia menjelaskan kesalahpahaman kami.Dia menggenggam tanganku dan tangan Flo sambil berkata, “teman-teman Ela di dalam berharap kita tetep sahabatan jangan bertengkar kita harus tegar menghadapi ini semua”.Sekeyika kami sadar dan berpelukan.Flo memelukku sambil berkata, “maafkan aku Ra, tidak sepantasnya aku menyalahkanmu”.Malam ini kami disuruh pulang saja oleh tante Rina.
Pagi-pagi sekali kami telah sampai di rumah sakit.Kami berada disamping Ela yang keadaannya lemah sekali.Dia memberi sepucuk surat kepada kami.Lalu kami membacanya, surat itu berisi:
Membaca surat itu, kami berlinang air mata.Seketika juga Ela tidak sadarkan diri.Aku memanggil-manggil namanya dan menggerak-gerakkan badannya.Tapi sia-sia tidak ada respon.Dokter menyuruh kami keluar ruangan.Di luar kami berdoa bersama-sama.Tetapi Allah SWT berkehendak lain, Ela telah meninggalkan kami untik selamanya.Kami harus tabah dan ikhlas menerima inin semua.
Kami ikut mengantarkan Ela ke tempat peristirahatannya terakhir.Hari-hari kami lewati tanpa Ela.akhirnya aku diterima di SMA yang aku inginkan.Begitupun dengan Yui, Nia, dan Nana.Tapi saying kami diterima di sekolah yang berbeda.Nana pun harus pindah ke Jawa Timur, karena dia memilih sekolah di pondok pesantren.Sebelum berpisah kami pergi ke tempat yang selalu kami datangi di sebuah bukit.Di sana kami menghabiskan waktu terakhir kami bersama
Kini aku telah masuk ke sekolah yang baru, tanpa sahabat-sahabat terbaikku.Terasa ada yang hilang dalam hidupku.Canda tawa dan kebersamaan dengan Nana, yui, Nia, Flo dan Ela tidak ada.Aku mencoba menerima dan menyesuaikan dengan teman-teman dan lingkungan nyang baru.Suatu harapan telah kugenggam masih banyak karang yang harus aku lalui.kubuat lembaran baru di hidupku yang kelak akan aku ceritakan pada dunia.
Terimakasih Sahabat-sahabatku yang telah menjadi bagian dari hidupku.Walaupun kalian jauh tetapi sealu dekat di hatiku.
1 komentar:
fella opo flo eh sob ? ngahaha
Posting Komentar